BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif Perkembangan
teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan
yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma
masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas
pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga
sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan
Internet. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan
perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya
pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada
peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki
unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian
ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan
Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi
informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001).
B. Tujuan
Dalam penyusunan
makalah ini terdapat beberapa tujuan diantaranya:
1.
Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah
Inovasi Pendidikan,
2.
Mengetahui Sejarah dan Perkembangan
E-Learning
3.
Mengetahui Pengertian E-Learning
4.
Mengetahui Tujuan, fungsi, dan Manfaat
E-Learning.
5.
Bagaimana Konsep Pembelajaran E-Learning.
6.
Mengetahui Karakteristik E-Learning
7.
Mengetahui Kelemahan dan Kelebihan
E-Learning
C. Rumusan Masalah
Dalam makalah ini
masalah-masalah yang akan dibahas kami rumuskan sebagai berikut, diantaranya :
1.
Apa Sejarah dan Perkembangan E-Learning?
2.
Apa Pengertian E-Learning?
3.
Apa Tujuan, fungsi, dan Manfaat
E-Learning?
4.
Bagaimanakah Konsep Pembelajaran
E-Learning?
5.
Apa Karakteristik E-Learning?
6.
Apa Kelemahan dan Kelebihan E-Learning?
D. Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah
ini tidak melenceng dan sesuai dari isi yang sudah ada, maka kami sebagai
penyusun memberikan batas masalah yaitu :
1.
Sejarah dan Perkembangan E-Learning
2.
Makna dari Pengertian E-Learning
3.
Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning
4.
Penjelasan Konsep Pembelajaran
E-Learning
5.
Karakteristik E-Learning
6.
Kelemahan dan Kelebihan E-Learning
E. Metode Penulisan
Penulisan makalah ini
menggunakan beberapa metode, diantaranya metode kualitatif, kepustakaan, dan
deskripsi. Metode kualitatif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah
dengan cara mengumpulkan data-data yang dapat membantu dalam penyelesaian
makalah tersebut. Metode kepustakaan adalah metode yang dalam penyusunan
makalah dengan cara mengumpulkan data dari buku-bukku yang berasal dari
perpustakaan maupun dari buku sumber sendiri. Metode deskriptif adalah suatu
metode yang dalam penyusunan makalah menggunakan konsep penggambaran data-data
yang telah ada.
F. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan
makalah ini sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
B.
Tujuan
C.
Rumusan Masalah
D.
Pembatasan masalah
E.
Metode Penulisan
F.
Sistematika penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A.
Sejarah dan Perkembangan E-Learning
B.
Pengertian E-Learning
C.
Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning
D.
Konsep Pembelajaran E-Learning
E.
Karakteristik E-Learning
F.
Karakteristik E-Learning
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
B.
Saran
DAFTAR
PUSTAKA
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Sejarah
dan Perkembangan E-Learning
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa
dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Dulu mungkin kita
berpikir bahwa belajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau
dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan
tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak
jauh. Walaupun dengan mekanisme yang dibilang cukup “sederhana” untuk ukuran
sekarang, tetapi saat itu model tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang
butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis.
Memang kita akui, sejak ditemukannya teknologi internet, hampir “segalanya”
menjadi mungkin. Kini dapat belajar tak hanya anywhere, tapi sekaligus anytime
dengan fasilitas e-learning yang ada.
Seiring dengan perkembangan teknologi
informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar
mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tak terelakkan lagi. Konsep yang
kemudian terkenal dengan sebutan E-Learning ini membawa pengaruh terjadinya
proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik
secara isi (content) dan sistemnya.
Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia,
terbukti dengan maraknya implementasie-learning di lembaga pendidikan (sekolah,
training dan universitas) maupun industry (Cisco, IBM, Oracle, dsb).
Pembelajaran
atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas
Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis
komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak
itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
· Tahun 1990 : Era CBT
(Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang
berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam
bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) dalam format mov, mpeg-1,
atau avi.
· Tahun 1994 : Seiring dengan
diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk
paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
·
Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan
perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan
internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai
dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan
lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat
pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu
dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang
dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM,
· Tahun 1999 sebagai tahun
Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning
berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun
administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs
informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan
multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai
pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.
B.
Pengertian E-Learning
E-learning,
secara harfiah merupakan akronim dari E & Learning. E nya adalah electronic
sedangkan Learning adalah proses belajar, jadi gampangnya, Elearning adalah
sistem pembelajaran secara elektronik. Menggunakan
media elektronik, internet, komputer, file multimedia (suara, gambar, animasi
dan video). Yang dimaksud Elektronik itu bukan
semata-mata peralatannya, namun juga meliputi metoda dan media. Bagaimana kamu
berbagi ilmu dan pengetahuan, men-download materi perkuliahan, meng-upload
tugas, melakukan diskusi dengan dosen, dan sebagainya, dilakukan secara
elektronis. Sistem pembelajaran elektronik atau
e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara
baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi
logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi.
Berbagai pengertian tentang e-learning saat ini sebagian besar mengacu pada
pembeajaran yang menggunakan teknologi internet, seperti pengertian dari :
· Rosenberg
menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk
mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan solusi yang dapat
meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
· Hal
ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menggunakan media
internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning.
· Bahkan
Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari
elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi
yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi internet.
· Dikatakan
oleh Darin E. Hartley bahwa: e-learning
merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan
ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan
komputer lain.
· LearnFrame.Com
dalam Glossary of e-learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi
yang lebih luas bahwa: e-learning adalah
system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar
mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone.
· Pengertian
e-learning yang sederhana namun dikatakan oleh Maryati S.Pd., e-learning
terdiri dari dua bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan
learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan
menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer.
Terdapat kata “khususnya komputer” pada akhir kalimat yang member pengertian
bahwa komputer termasuk alat elektronik disamping alat pembelajaran elektronik
yang lain.
· E-Learning
adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities)
· E-Learning
menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi
internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan
digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen)
· E-Learning
adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih,
mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie)
· E-Learning
adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (cisco System)
· E-Learning
adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu,
komprehensif (Greg Priest)
· E-Learning
adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet,
extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom
(Cornelia Weagen)
· E-Learning
adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim,
dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)
Pengertian
tersebut menyempitkan arti “elektronik” pada huruf “e”dalam istilah
“e-learning”. Selain karena, selain komputer juga masih terdapat alat-alat
elektronik lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran, misalnya radio,
tape audio/video, tv interaktif, cdrom, LCD Proyektor, OHP. Sebelum internet
ditemukan, alat-alat tersebut sudah terlebih dulu digunakan sebagai media
pembelajaran statis maupun interaktif. Mahasiswa bisa menggunakan tape recorder
untuk merekam ceramah dosen di kelas untuk didengarkan dilain waktu. Dosen juga
menggunakan OHP untuk mempresentasikan materi kuliahnya kepada mahasiswa
sehingga hanya menuliskan materi di papan tulis seperlunya saja. Dosen juga
dapat memberikan salinan dokumen materi kuliah dan referensi dalam bentuk CDROM
kepada mahasiswanya untuk dipelajari dirumah. Media-media elektronik tersebut
sangat membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah.
E-learning adalah sebuah proses
pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah
jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan
untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke
jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system
e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning.
Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif.
Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu pula dengan
komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi
perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System e-learning ini
tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa
dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa mengakses system ini.
Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa.
Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa
di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen
memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswa.
C.
Tujuan,
Fungsi, dan Manfaat E-Learning
Tujuan
dari pembelajaran Elektronik Learning (E-Learning), antara lain:
1. Memberikan ketersedian akses belajar
yang seluas-luasnya kepada para peserta atau calon peserta belajar tanpa
keterbatasan ruang dan waktu, karena koleksi perpustakaan dapat diakses melaui
jaringan internet.
2. Memberikan
pilihan metode belajar dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
3. Meningkatkan
hasil belajar mahasiswa sehingga menghasilkan sarjana-sarjana yang selain memiliki
kemampuan akademis, juga memiliki ketrampilan teknis yang kompetitif dan
kemampuan kompetensi profesional yang mantap.
4. Pemanfaatan
teknologi informasi dalam proses pendidikan, dengan sasaran yang secara cermat
dipilih, bahan ajar yang berkualitas, serta metodologi pengajaran yang tepat,
akan mampu meningkatkan ketersideaan akses belajar yang tidak terbatas ruang
dan waktu.
5. Sistem e-learning
yang dimiliki suatu intitusi merupakan investasi yang sangat penting untuk
meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sistem ini dapat
membantu menciptakan budaya belajar dan mengajar yang fleksibel sesuai dengan
perkembangan tuntutan kebutuhan pembelajaran oleh masyarakat luas. Sistem ini
juga dapat meningkatkan kompetisi dan kompetensi SDM tanpa harus meninggalkan
tugas-tugas yang diembannya.
Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran
elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom
instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap
(komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2002).
a).
Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai
supplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah
akan memanfaatkan materipembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini,
tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran
elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya
tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.
b).
Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai
komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk
melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis,
2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan
untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik
di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran
elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang
dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru
secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi
pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka.
Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang disajikan guru di dalam
kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang
mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap
muka di kelas (slow learners) diberikan
kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara
khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah
memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c).
Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di
negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan
pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya agar para
mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai
dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif model
kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya
secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian
lagi melalui
internet, atau bahkan (3)
sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan
dipilih mahasiswa tidak menjadimasalah dalam penilaian. Karena ketiga model
penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama.
Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui
cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui
perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan
memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yangmsangat fleksibel ini dinilai
sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.
Menurut A. W. Bates (Bates, 1995)
dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran elektronik Learning (e-Learning)
itu terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1) Meningkatkan
kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur
(enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran
elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta
didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara
peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya
dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam
kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk
mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal
ini disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan
yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau
bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga
cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani.
Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik.
Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai
peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan
pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman
sekelas (Loftus, 2001).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi
pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Mengingat
sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses
oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan
interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling,
2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan
kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu
sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan
yang luas (potential to reach a global audience). Dengan fleksibilitas waktu
dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan
pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat
serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja,
seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui
internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang
membutuhkan.
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy
updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang
tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus
berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik.
Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai
dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik
dan mudah. Di samping itu, penyempurnaan
metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan
atas umpan balik dari pesdidik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/
instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu
sendiri.
D. Karakteristik E-Learning
E-learning
adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media
yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan
komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga
kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet,
inilah makanya system e-learning dengan menggunakan internet disebut juga
internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi
lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu
pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi
forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System
e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan
perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa
mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani
seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil
penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi,
bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada
mahasiswa.
Dari
pengertian yang disampaikan oleh Maman Somantri, penulis mengamati sebenarnya
pembelajaran menggunakan teknologi internet memiliki karakteristik–
karakteristik khusus. Karakteristik-karakteristik tersebut yang menjadikan
berbeda dengan media elektronik lainnya. media elektronik lain hanya sebagai
alat bantu pembelajaran yang bersifat pasif, misalnya tape recorder hanya dapat
merekam suara dosen untuk didengarkan di lain waktu, OHP mambantu dosen tidak
repot dengan kotornya spidol saat menulis di papan tulis dan mahasiswa dapat
dengan mudah menggandakan slide tanpa susah mencatat. Komputer stand alone juga
hanya sebatas penyampaian materi secara lebih interaktif dengan presentasi yang
disertai dengan video dan gambar pendukung lainnya.
Sedangkan internet adalah alat bantu
pembelajaran yang bersifat interaktif, karakteristik tersebut meliputi:
1.
Informasi real time
2.
Interaksi dosen-mahasiswa secara langsung walau tanpa tatap muka
3.
Forum diskusi online antar mahasiswa
4.
Dapat diakses kapan saja dan dimana saja
5.
Penyampaian dan pengumpulan tugas secara online
6.
Penyampaian pengumuman administrasi perkuliahan dan jadwal secara online.
E. Konsep
Pembelajaran E-Learning
Penggunaan internet untuk keperluai pendidikan yang
semakin luas terutama di negara maju, merupakan fakta yang menunjukan bahwa
dengan media ini dimungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang epektif.
Pemanfaatan internet sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah itu tidak
mudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan
dilakukan sungguh-sungguh dalam menerapkannya. Internet harus mampu memberikan
dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan
siswa sebagaimana syarat pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet
terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan,
dijabarkan secara sederhana bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang
dilakukan untuk mengajak siswa mengadakan tugas dan membantu siswa dalam
memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas tersebut
(Boettcher, 1999). Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran diskusi,
membaca, penugasan, presentasi dan ilusi, secara umum keterlaksanaannya
tergantung dari satu atau lebih dari 3 model dasar dialog komunikasi sebagai berikut
(Boettcher,1999).
1. Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.
1. Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.
2. Dialog/komunikasi antara siswa dengan
sumber belajar.
3. Dialog/komunikasi di antara siswa.
Apabila ketiga aspek tersebut dapat diselenggarakan
dengan komposisi yang serasi, diharapan akan terjadi proses pembelajaran yang
optimal.
Dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media
pembelajaran dalam setting sekolah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan
penanganan yang serius agar dapat berhasil, yaitu:
a). Faktor lingkungan, meliputi intitusi
penyelenggaraan pendidikan dan masyarakat.
b). Siswa, meliputi usia, latar belakang,
budaya, penguasaan bahasa dan gaya belajarnya.
c). Guru, meliputi latar belakang, usia, gaya
mengajar, pengalaman dan personalitinya.
d). Faktor teknologi, meliputi computer,
perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet dan berbagai kemampuan tentang internet.
Intitusi
Intitusi pertama yang dituntut adalah sekolah, sekolah
harus menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (computer dan
kelengkapannya, yang menyangkut internet), biaya perawatan alat tersebut, juga
sumber daya manusia yang dapat mengajar di sekolah tersebut. Intitusi lain
adalah memberi kesadaran terhadap guru ataupun siswa tentang teknologi informasi
dan komunikasi terutama tentang internet sebagai media pembelajaran. Terlihat
hal yang paling mendasar dalam penerapan internet di sekolah adalah motivasi,
kesiapan dan kesanggupan intitusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang
menyeluruh.
Masyarakat
Lingkungan keluarga adalah paling besar pengaruhnya
anak menggunakan internet, maka itu keluarga diharapkan memberikan dorongan
kepada anak untuk menggunakan internet terutama dalam pembelajaran karena
sangat bermanfaat.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menentukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) dating dari keluara yang semua anggotanya (orang tua, kakak, adik) menggunakan internet, dan (5,7%) dari keluarga yang sama sekali tidak mengunakan internet. Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengaruhi siswa menggunakan internet adalah teman sebaya.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menentukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) dating dari keluara yang semua anggotanya (orang tua, kakak, adik) menggunakan internet, dan (5,7%) dari keluarga yang sama sekali tidak mengunakan internet. Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengaruhi siswa menggunakan internet adalah teman sebaya.
Guru
Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara
signifikan ditentukan oleh karakteristik guru yang akan dilibatkan dalam
pemanfaatan internet. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebahai berikut:
a. Guru perlu diberikan pemahaman tentang internet
keuntungan, kelebihan dan kekurangan dan sebagainya.
b. Guru harus diberi kesadaran, wawasan, pengetahuan tentang
internet.
c. Guru harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang
cukup dalam hal mengajarnya.
d. Jumlah guru yang dilibatkan dalam pembelajaran harus
sesuai dengan kebutuhan dan secara bertahap.
e. Guru harus mempunyai komitmen dan keseriusan dalam
mengajar internet.
f. Guru tetap mengajar gaya mengajar masing-masing.
Siswa
Dalam hal ini siswa adalah sasaran atau orang yang
mendapat bimbingan atau pembelajaran internet, maka itu siswa haru menyadari
dan mau untuk belajar internet ini, karena itu pembelajaran ini harus mampu
menyerap, mendorong, memfasilitasi, dan membuat siswa mau mempelajarinya. Wedde
Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbedsa, sehingga
dibutuhkan program-program yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Kemudia
diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang mengatakan bahwa averageckonsumen
untuk kepentingan praktis sudah harus dihapuskan dalam kamus pemasaran (Kasali,
1999).
Teknologi
Dalam pembelajaran internet untuk pembelajaran di
sekolah, harus tersedia sejumlah computer yang bis mengakses internet, akan
lebih baik komputer-komputer tersebut yang tersambung ke internet diletakan
diruang yang sesuai, seperti laboratorium computer atau tempat strategis
lainya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa
dalam mengaksesnya.
Peran
Pendidik pada Proses Belajar-Mengajar melalui Pengembangan
e-Learning
Proses
belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai
pemegang peranan utama. Karena Proses
belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik
yang berlangsung dalam situasi edukatif
untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat
utama bagi berlangsungnya proses
belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak
sekedar hubungan antara guru dengan siswa,
tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal
ini bukan hanya penyampaian
pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang
belajar. Peran guru dalam proses belajar-mengajar ,
guru tidak hanya tampil lagi
sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai
pelatih (coach), pembimbing (counselor)
dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan.
Di mana sebagai pelatih, seorang
guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja
keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya,
dan membantu siswa untuk bekerja keras dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan.
e-Learning menjadi salah satu
alternatif pembelajaran karena keunggulan yang dimilikinya Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat membantu
mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya
belum populer di sekolah-sekolah bahkan di
perguruan tinggi di Indonesia. Padahal
teknologi informasi dapat dipergunakan untuk memperluas
daya jangkau kesempatan pendidikan ke seluruh pelosok Tanah Air.
Upaya ini
bisa dilakukan dengan mengembangkan sistem delivery sumber-sumber pendidikan Sistem delivery
itu dapat dilakukan dengan menggunakan
kemajuan teknologi, termasuk dalam hal ini dengan sistem belajar jarak jauh, Penggunaan e-Learning
tidak bisa dilepaskan dengan peran
Internet. Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses
karena adanya jaringan yang tersedia di
komputer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e- Learning bisa dilaksanakan karena jasa
Internet ini. e-Learning sering disebut
pula dengan nama on-line course karena aplikasinya memanfaatkan jasa Internet.
e-Learning
menyadari bahwa di Internet dapat ditemukan berbagai
informasi dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan dimana saja, maka
pemanfaatan Internet menjadi suatu kebutuhan.
Bukan itu saja pengguna Internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah
melalui teknik e-moderating yang tersedia di
Internet. Tersedianya fasilitas e-Moderating dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah
melalui fasilitas Internet secara regular
atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Guru dan
siswa dapat menggunakan bahan ajar
atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui Internet, sehingga keduanya bisa saling
menilai sampai berapa jauh bahan ajar
dipelajari; Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat
bahan ajar tersimpan di komputer.
Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat
melakukan akses di Internet secara
lebih mudah. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui Internet yang dapat diikuti dengan
jumlah peserta yang banyak, sehingga
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya
pasif menjadi aktif. Relatif lebih efisien.
Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang
sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di
kapal, di luar negeri, dsb-nya.
Upaya
Membangun Budaya Belajar melalui Pengembangan Elearning
Ada empat
komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan
menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan
berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu
mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu
mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan,
memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga
tersedianya infrastruktur yang
memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi
pembelajaran. Kunci sukses terealisasinya program
e-learning, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan mempertimbangkan efektifitas dalam
pembiayaan, integritas sistem teknologi
serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah barang
tentu didukung kemampuan mencari
bahan pembelajaran melalui internet serta mempersiapkan budaya belajar.
Ada empat
langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning
yakni pertama menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience,
ketersediannya infrastruktur, budget dan
pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste
vs installed LMS dan Commercial
or OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan
dengan program e-learning yang dikembangkan
di sekolah. Ke empat menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang
dapat diimplementasikan serta menyiapkan
short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks
investasi jangka panjang.
Membudayakan
belajar berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komputer)
Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995an, salah satu kendalanya adalah
menyiapkan peserta didik dalam budaya
belajar berbasis teknologi informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai
sarana belajar, serta masih terbatasnya
ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan model-model pembelajaran. Untuk mempersiapkan
budaya belajar berbasis TIK adalah
keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari lingkungan
merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan.
Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung untuk membudayakan
anak didik dengan teknologi. Model ini telah dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School
dengan membentuk club yang dinamai
(Information Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya teknologi.
Kompetensi
guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus
dimiliki guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran elearning. Pertama kemampuan untuk membuat desain
instruksional (instructional
design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran.
Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran
yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang
up to date dan berkualitas dan yang ketiga
adalah penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah
kongkrit yang harus dilalui
oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan
disajikan setiap pertemuan, menyusun
kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai
dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan.
Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan
didukung oleh gambar, video dan bahan
animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan
sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi
pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa.
Bahan
pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di
internet agar siswa mudah mendapatkannya.
Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs e-learning
yang telah dibuat Beberapa
hal yang perlu dicermati dalam menyelenggarakan program
elearning / digital classroom adalah guru menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa untuk
mengukur kemajuan belajar siswa,
siswa mampu mengatur waktu belajar, dan pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi
media.
F. Kelemahan
dan Kelebihan
Pengembangan E-Learning sangat
diperlukan untuk menunjang pembelajaran konvensional serta menyiapkan media
media untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel, mudah untuk diakses
darimana saja dan kapan saja. Dengan sistem e-learning, peserta dapat mengikuti
kelas serta ikut ujian dari tempat bekerja atau tempat tinggalnya. Selain itu
dengan media digital, bahan ajar e-learning dapat lebih diperkaya dengan
menyediakan paduan teks, video dan audio, yang dilengkapi dengan simulasi dan
animasi.
Kelemahan dari E-Learning
1. Kurangnya sarana yang
dimiliki peserta didik akan menjadi kendala tersendiri dari adanya program
pembelajaran e-learning.
2.
Faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan
tidak ada.
3.
Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi
secara langsung dengan para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik
e-learning ini.
4.
Kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem
e-learning ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik
dengan peserta didik, karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah
pembelajaran.
5.
Masih kurangnya kemampuan menggunakan
Internet sebagai sumber pembelajaran.
6.
Biaya yang diperlukan masih relativ
mahal untuk tahap-tahap awal.
7.
Belum memadainya perhatian dari berbagai
pihak terhadap pembelajaran melalui Internet
8.
Belum memadainya infrastruktur pendukung
untuk daerah-daerah tertentu.
Kelebihan dari E-Learning
1. Mempersingkat jadwal target
waktu pembelajaran
2.
Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk
dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru
secara langsung. E-learning juga dapat, dan tentu saja menghemat biaya yang
harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
3.
E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan
bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta
didik.
4.
Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses
bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang
demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap
materi pembelajaran.
5.
Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah
melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya
sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhirmengembangkan diri
atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya mengontrol kegiatan
belajar peserta didik
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari uraian yang telah
dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka penyusun sampai pada kesimpulan sebagai
berikut :
1.
Bahwa pemanfaatan teknologi informasi
baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara
yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang
masih bersifat konvensional. Denag menggunakan pembelajaran E-Learning,
diharapkan terbentuk interaksi belajar siswa yang lebih komunikatif dan tidak
hanya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian sehingga
terbentuk cara berfikir yang lebih komprehensif.
2.
Adapun dengan adanya pembelajaran
E-Learning, dapat mengetahui pengertian, tujuan, fungsi, manfaat, konsep
pembelajaran, karakteristik, serta kelemahan dan kelebihannya.
B. Saran
Dari uraian dan
kesimpulan diatas, maka kita sebagai calon pendidik harus dapat menmanfaatkan
kontribusi dari teknologi informasi yang ada pada proses pembelajaran. Apalagi
penggunaan media semacam ini dapat mengembangkan proses berfikir dengan cara
pengolahan, penggalian, serta pencarian. Kami menyadari bahwa dalam penulisan
makalah ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kami sebagai penyusun
menginginkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan.
Selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar