Kamis, 08 November 2012

Pembelajaran E-Learning



BAB I
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif Perkembangan teknologi informasi beberapa tahun belakangan ini berkembang dengan kecepatan yang sangat tinggi, sehingga dengan perkembangan ini telah mengubah paradigma masyarakat dalam mencari dan mendapatkan informasi, yang tidak lagi terbatas pada informasi surat kabar, audio visual dan elektronik, tetapi juga sumber-sumber informasi lainnya yang salah satu diantaranya melalui jaringan Internet. Salah satu bidang yang mendapatkan dampak yang cukup berarti dengan perkembangan teknologi ini adalah bidang pendidikan, dimana pada dasarnya pendidikan merupakan suatu proses komunikasi dan informasi dari pendidik kepada peserta didik yang berisi informasi-informasi pendidikan, yang memiliki unsur-unsur pendidik sebagai sumber informasi, media sebagai sarana penyajian ide, gagasan dan materi pendidikan serta peserta didik itu sendiri (Oetomo dan Priyogutomo, 2004), beberapa bagian unsur ini mendapatkan sentuhan media teknologi informasi, sehingga mencetuskan lahirnya ide tentang e-learning (Utomo, 2001).

B.       Tujuan
Dalam penyusunan makalah ini terdapat beberapa tujuan diantaranya:
1.      Memenuhi salah satu tugas Mata Kuliah Inovasi Pendidikan,
2.      Mengetahui Sejarah dan Perkembangan E-Learning
3.      Mengetahui Pengertian E-Learning
4.      Mengetahui Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning.
5.      Bagaimana Konsep Pembelajaran E-Learning.
6.      Mengetahui Karakteristik E-Learning
7.      Mengetahui Kelemahan dan Kelebihan E-Learning

C.      Rumusan Masalah
Dalam makalah ini masalah-masalah yang akan dibahas kami rumuskan sebagai berikut, diantaranya :
1.      Apa Sejarah dan Perkembangan E-Learning?
2.      Apa Pengertian E-Learning?
3.      Apa Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning?
4.      Bagaimanakah Konsep Pembelajaran E-Learning?
5.      Apa Karakteristik E-Learning?
6.      Apa Kelemahan dan Kelebihan E-Learning?

D.      Batasan Masalah
Agar pembahasan makalah ini tidak melenceng dan sesuai dari isi yang sudah ada, maka kami sebagai penyusun memberikan batas masalah yaitu :
1.      Sejarah dan Perkembangan E-Learning
2.      Makna dari Pengertian E-Learning
3.      Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning
4.      Penjelasan Konsep Pembelajaran E-Learning
5.      Karakteristik E-Learning
6.      Kelemahan dan Kelebihan E-Learning

E.       Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan beberapa metode, diantaranya metode kualitatif, kepustakaan, dan deskripsi. Metode kualitatif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data-data yang dapat membantu dalam penyelesaian makalah tersebut. Metode kepustakaan adalah metode yang dalam penyusunan makalah dengan cara mengumpulkan data dari buku-bukku yang berasal dari perpustakaan maupun dari buku sumber sendiri. Metode deskriptif adalah suatu metode yang dalam penyusunan makalah menggunakan konsep penggambaran data-data yang telah ada.

F.       Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan makalah ini sebagai berikut :
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I      PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
B.       Tujuan
C.       Rumusan Masalah
D.      Pembatasan masalah
E.       Metode Penulisan
F.        Sistematika penulisan
BAB II     PEMBAHASAN
A.    Sejarah dan Perkembangan E-Learning
B.     Pengertian E-Learning
C.     Tujuan, fungsi, dan Manfaat E-Learning
D.    Konsep Pembelajaran E-Learning
E.     Karakteristik E-Learning
F.      Karakteristik E-Learning
BAB III   PENUTUP
A.      Kesimpulan
B.       Saran
DAFTAR PUSTAKA






BAB II
PEMBAHASAN

A.      Sejarah dan Perkembangan E-Learning
     Kemajuan teknologi informasi banyak membawa dampak positif bagi kemajuan dunia pendidikan dewasa ini. Dulu mungkin kita berpikir bahwa belajar harus dalam ruang kelas. Dengan kondisi dimana guru atau dosen mengajar di depan kelas sambil sesekali menulis materi pelajaran di papan tulis. Beberapa puluh tahun yang lalu pun juga telah dikenal pendidikan jarak jauh. Walaupun dengan mekanisme yang dibilang cukup “sederhana” untuk ukuran sekarang, tetapi saat itu model tersebut sudah dapat membantu orang-orang yang butuh belajar atau mengenyam pendidikan tanpa terhalang kendala geografis. Memang kita akui, sejak ditemukannya teknologi internet, hampir “segalanya” menjadi mungkin. Kini dapat belajar tak hanya anywhere, tapi sekaligus anytime dengan fasilitas e-learning yang ada.
     Seiring dengan perkembangan teknologi informasi yang semakin pesat, kebutuhan akan suatu konsep dan mekanisme belajar mengajar (pendidikan) berbasis TI menjadi tak terelakkan lagi. Konsep yang kemudian terkenal dengan sebutan E-Learning ini membawa pengaruh terjadinya proses transformasi pendidikan konvensional ke dalam bentuk digital, baik secara isi (content) dan sistemnya. Saat ini konsep e-learning sudah banyak diterima oleh masyarakat dunia, terbukti dengan maraknya implementasie-learning di lembaga pendidikan (sekolah, training dan universitas) maupun industry (Cisco, IBM, Oracle, dsb).
Pembelajaran atau pembelajaran elektronik pertama kali diperkenalkan oleh universitas Illinois di Urbana-Champaign dengan menggunakan sistem instruksi berbasis komputer (computer-assisted instruction ) dan komputer bernama PLATO. Sejak itu, perkembangan E-learning dari masa ke masa adalah sebagai berikut:
·      Tahun 1990 : Era CBT (Computer-Based Training) di mana mulai bermunculan aplikasi e-learning yang berjalan dalam PC standlone ataupun berbentuk kemasan CD-ROM. Isi materi dalam bentuk tulisan maupun multimedia (Video dan AUDIO) dalam format mov, mpeg-1, atau avi.
·      Tahun 1994 : Seiring dengan diterimanya CBT oleh masyarakat sejak tahun 1994 CBT muncul dalam bentuk paket-paket yang lebih menarik dan diproduksi secara massal.
·      Tahun 1997 : LMS (Learning Management System). Seiring dengan perkembangan teknologi internet, masyarakat di dunia mulai terkoneksi dengan internet. Kebutuhan akan informasi yang dapat diperoleh dengan cepat mulai dirasakan sebagai kebutuhan mutlak, dan jarak serta lokasi bukanlah halangan lagi. Dari sinilah muncul LMS. Perkembangan LMS yang makin pesat membuat pemikiran baru untuk mengatasi masalah interoperability antar LMS yang satu dengan lainnya secara standar. Bentuk standar yang muncul misalnya standar yang dikeluarkan oleh AICC (Airline Industry CBT Commettee), IMS, IEEE LOM,
·      Tahun 1999 sebagai tahun Aplikasi E-learning berbasis Web. Perkembangan LMS menuju aplikasi e-learning berbasis Web berkembang secara total, baik untuk pembelajar (learner) maupun administrasi belajar mengajarnya. LMS mulai digabungkan dengan situs-situs informasi, majalah, dan surat kabar. Isinya juga semakin kaya dengan perpaduan multimedia , video streaming, serta penampilan interaktif dalam berbagai pilihan format data yang lebih standar, dan berukuran kecil.

B.       Pengertian E-Learning
E-learning, secara harfiah merupakan akronim dari E & Learning. E nya adalah electronic sedangkan Learning adalah proses belajar, jadi gampangnya, Elearning adalah sistem pembelajaran secara elektronik. Menggunakan media elektronik, internet, komputer, file multimedia (suara, gambar, animasi dan video). Yang dimaksud Elektronik itu bukan semata-mata peralatannya, namun juga meliputi metoda dan media. Bagaimana kamu berbagi ilmu dan pengetahuan, men-download materi perkuliahan, meng-upload tugas, melakukan diskusi dengan dosen, dan sebagainya, dilakukan secara elektronis. Sistem pembelajaran elektronik atau e-pembelajaran (Inggris: Electronic learning disingkat E-learning) adalah cara baru dalam proses belajar mengajar. E-learning merupakan dasar dan konsekuensi logis dari perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. Berbagai pengertian tentang e-learning saat ini sebagian besar mengacu pada pembeajaran yang menggunakan teknologi internet, seperti pengertian dari :
·      Rosenberg menekankan bahwa e-learning merujuk pada penggunaan teknologi internet untuk mengirimkan serangkaian solusi yang dapat meningkatkan solusi yang dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan.
·      Hal ini senada dengan Cambell (2002), Kamarga (2002) yang intinya menggunakan media internet dalam pendidikan sebagai hakikat e-learning.
·      Bahkan Onno W. Purbo (2002) menjelaskan bahwa istilah “e” atau singkatan dari elektronik dalam e-learning digunakan sebagai istilah untuk segala teknologi yang digunakan untuk mendukung usaha-usaha pengajaran lewat teknologi internet.
·      Dikatakan oleh Darin E. Hartley bahwa: e-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet atau media jaringan komputer lain.
·      LearnFrame.Com dalam Glossary of e-learning Terms [Glossary, 2001] menyatakan suatu definisi yang lebih luas bahwa: e-learning adalah system pendidikan yang menggunakan aplikasi elektronik untuk mendukung belajar mengajar dengan media internet, jaringan komputer maupun komputer stand alone.
·      Pengertian e-learning yang sederhana namun dikatakan oleh Maryati S.Pd., e-learning terdiri dari dua bagian yaitu e- yang merupakan singkatan dari elektronika dan learning yang berarti pembelajaran. Jadi e-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan jasa bantuan perangkat elektronika, khususnya perangkat komputer. Terdapat kata “khususnya komputer” pada akhir kalimat yang member pengertian bahwa komputer termasuk alat elektronik disamping alat pembelajaran elektronik yang lain.
·      E-Learning adalah konvergensi antara belajar dan internet (Bank of America Securities)
·      E-Learning menggunakan kekuatan dan jalinan kerja, terutama dapat terjadi dalam teknologi internet, tetapi juga dapat terjadi dalam jalinan kerja satelit dan pemuasan digital untuk keperluan pembelajaran (Ellit Tronsen)
·      E-Learning adalah penggunaan jalinan kerja teknologi untuk mendesain, mengirim, memilih, mengorganisir pembelajaran (Elliut Masie)
·      E-Learning adalah pembelajaran yang dapat terjadi di internet (cisco System)
·      E-Learning adalah dinamik, beroperasi pada waktu yang nyata, kolaborasi, individu, komprehensif (Greg Priest)
·      E-Learning adalah pengiriman sesuatu melalui media elektronik termasuk internet, intranet, extranet, satelit broadcast, audio/video tape, televisi interaktif, dan cd-rom (Cornelia Weagen)
·      E-Learning adalah keseluruhan variasi internet dan teknologi web untuk membuat, mengirim, dan memfasilitasi pembelajaran (Robert Peterson dan Piper Jafray)

Pengertian tersebut menyempitkan arti “elektronik” pada huruf “e”dalam istilah “e-learning”. Selain karena, selain komputer juga masih terdapat alat-alat elektronik lainnya yang digunakan sebagai media pembelajaran, misalnya radio, tape audio/video, tv interaktif, cdrom, LCD Proyektor, OHP. Sebelum internet ditemukan, alat-alat tersebut sudah terlebih dulu digunakan sebagai media pembelajaran statis maupun interaktif. Mahasiswa bisa menggunakan tape recorder untuk merekam ceramah dosen di kelas untuk didengarkan dilain waktu. Dosen juga menggunakan OHP untuk mempresentasikan materi kuliahnya kepada mahasiswa sehingga hanya menuliskan materi di papan tulis seperlunya saja. Dosen juga dapat memberikan salinan dokumen materi kuliah dan referensi dalam bentuk CDROM kepada mahasiswanya untuk dipelajari dirumah. Media-media elektronik tersebut sangat membantu mahasiswa agar bisa lebih menguasai materi kuliah.
     E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswa.


C.      Tujuan, Fungsi, dan Manfaat E-Learning
Tujuan dari pembelajaran Elektronik Learning (E-Learning), antara lain:
1.      Memberikan ketersedian akses belajar yang seluas-luasnya kepada para peserta atau calon peserta belajar tanpa keterbatasan ruang dan waktu, karena koleksi perpustakaan dapat diakses melaui jaringan internet.
2.  Memberikan pilihan metode belajar dengan dukungan teknologi informasi dan komunikasi.
3.  Meningkatkan hasil belajar mahasiswa sehingga menghasilkan sarjana-sarjana yang selain memiliki kemampuan akademis, juga memiliki ketrampilan teknis yang kompetitif dan kemampuan kompetensi profesional yang mantap.
4.  Pemanfaatan teknologi informasi dalam proses pendidikan, dengan sasaran yang secara cermat dipilih, bahan ajar yang berkualitas, serta metodologi pengajaran yang tepat, akan mampu meningkatkan ketersideaan akses belajar yang tidak terbatas ruang dan waktu.
5.  Sistem e-learning yang dimiliki suatu intitusi merupakan investasi yang sangat penting untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia yang dimiliki. Sistem ini dapat membantu menciptakan budaya belajar dan mengajar yang fleksibel sesuai dengan perkembangan tuntutan kebutuhan pembelajaran oleh masyarakat luas. Sistem ini juga dapat meningkatkan kompetisi dan kompetensi SDM tanpa harus meninggalkan tugas-tugas yang diembannya.

Ada 3 (tiga) fungsi pembelajaran elektronik terhadap kegiatan pembelajaran di dalam kelas (classroom instruction), yaitu sebagai suplemen yang sifatnya pilihan/opsional, pelengkap (komplemen), atau pengganti (substitusi) (Siahaan, 2002).
a). Suplemen
Dikatakan berfungsi sebagai supplemen (tambahan), apabila peserta didik mempunyai kebebasan memilih, apakah akan memanfaatkan materipembelajaran elektronik atau tidak. Dalam hal ini, tidak ada kewajiban/keharusan bagi peserta didik untuk mengakses materi pembelajaran elektronik. Sekalipun sifatnya opsional, peserta didik yang memanfaatkannya tentu akan memiliki tambahan pengetahuan atau wawasan.

b). Komplemen (tambahan)
Dikatakan berfungsi sebagai komplemen (pelengkap) apabila materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk melengkapi materi pembelajaran yang diterima siswa di dalam kelas (Lewis, 2002). Sebagai komplemen berarti materi pembelajaran elektronik diprogramkan untuk menjadi materi reinforcement (pengayaan) atau remedial bagi peserta didik di dalam mengikuti kegiatan pembelajaran konvensional. Materi pembelajaran elektronik dikatakan sebagai enrichment, apabila kepada peserta didik yang dapat dengan cepat menguasai/memahami materi pelajaran yang disampaikan guru secara tatap muka (fast learners) diberikan kesempatan untuk mengakses materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dikembangkan untuk mereka. Tujuannya agar semakin memantapkan tingkat penguasaan peserta didik terhadap  materi pelajaran yang disajikan guru di dalam kelas. Dikatakan sebagai program remedial, apabila kepada peserta didik yang mengalami kesulitan memahami materi pelajaran yang disajikan guru secara tatap muka di  kelas (slow learners) diberikan kesempatan untuk memanfaatkan materi pembelajaran elektronik yang memang secara khusus dirancang untuk mereka. Tujuannya agar peserta didik semakin lebih mudah memahami materi pelajaran yang disajikan guru di kelas.
c). Substitusi (pengganti)
Beberapa perguruan tinggi di negara-negara maju memberikan beberapa alternatif model kegiatan pembelajaran/perkuliahan kepada para mahasiswanya. Tujuannya agar para mahasiswa dapat secara fleksibel mengelola kegiatan perkuliahannya sesuai dengan waktu dan aktivitas lain sehari-hari mahasiswa. Ada 3 alternatif model kegiatan pembelajaran yang dapat dipilih peserta didik, yaitu: (1) sepenuhnya secara tatap muka (konvensional), (2) sebagian secara tatap muka dan sebagian lagi melalui
internet, atau bahkan (3) sepenuhnya melalui internet. Alternatif model pembelajaran mana pun yang akan dipilih mahasiswa tidak menjadimasalah dalam penilaian. Karena ketiga model penyajian materi perkuliahan mendapatkan pengakuan atau penilaian yang sama. Jika mahasiswa dapat menyelesaikan program perkuliahannya dan lulus melalui cara konvensional atau sepenuhnya melalui internet, atau bahkan melalui perpaduan kedua model ini, maka institusi penyelenggara pendidikan akan memberikan pengakuan yang sama. Keadaan yangmsangat fleksibel ini dinilai sangat membantu mahasiswa untuk mempercepat penyelesaian perkuliahannya.

Menurut A. W. Bates (Bates, 1995) dan K. Wulf (Wulf, 1996) manfaat Pembelajaran elektronik Learning (e-Learning) itu terdiri atas 4 hal, yaitu:
(1)   Meningkatkan kadar interaksi pembelajaran antara peserta didik dengan guru atau instruktur (enhance interactivity). Apabila dirancang secara cermat, pembelajaran elektronik dapat meningkatkan kadar interaksi pembelajaran, baik antara peserta didik dengan guru/instruktur, antara sesama peserta didik, maupun antara peserta didik dengan bahan belajar (enhance interactivity). Berbeda halnya dengan pembelajaran yang bersifat konvensional. Tidak semua peserta didik dalam kegiatan pembelajaran konvensional dapat, berani atau mempunyai kesempatan untuk mengajukan pertanyaan ataupun menyampaikan pendapatnya di dalam diskusi. Hal ini disebabkan karena pada pembelajaran yang bersifat konvensional, kesempatan yang ada atau yang disediakan dosen/guru/instruktur untuk berdiskusi atau bertanya jawab sangat terbatas. Biasanya kesempatan yang terbatas ini juga cenderung didominasi oleh beberapa peserta didik yang cepat tanggap dan berani. Keadaan yang demikian ini tidak akan terjadi pada pembelajaran elektronik. Peserta didik yang malu maupun yang ragu-ragu atau kurang berani mempunyai peluang yang luas untuk mengajukan pertanyaan maupun menyampaikan pernyataan/pendapat tanpa merasa diawasi atau mendapat tekanan dari teman sekelas (Loftus, 2001).
(2) Memungkinkan terjadinya interaksi pembelajaran dari mana dan kapan saja (time and place flexibility). Mengingat sumber belajar yang sudah dikemas secara elektronik dan tersedia untuk diakses oleh peserta didik melalui internet, maka peserta didik dapat melakukan interaksi dengan sumber belajar ini kapan saja dan dari mana saja (Dowling, 2002). Demikian juga dengan tugas-tugas kegiatan pembelajaran, dapat diserahkan kepada guru/dosen/instruktur begitu selesai dikerjakan. Tidak perlu menunggu sampai ada janji untuk bertemu dengan guru/instruktur.
(3) Menjangkau peserta didik dalam cakupan yang luas (potential to reach a global audience). Dengan fleksibilitas waktu dan tempat, maka jumlah peserta didik yang dapat dijangkau melalui kegiatan pembelajaran elektronik semakin lebih banyak atau meluas. Ruang dan tempat serta waktu tidak lagi menjadi hambatan. Siapa saja, di mana saja, dan kapan saja, seseorang dapat belajar. Interaksi dengan sumber belajar dilakukan melalui internet. Kesempatan belajar benar-benar terbuka lebar bagi siapa saja yang membutuhkan.
(4) Mempermudah penyempurnaan dan penyimpanan materi pembelajaran (easy updating of content as well as archivable capabilities). Fasilitas yang tersedia dalam teknologi internet dan berbagai perangkat lunak yang terus berkembang turut membantu mempermudah pengembangan bahan belajar elektronik. Demikian juga dengan penyempurnaan atau pemutakhiran bahan belajar sesuai dengan tuntutan perkembangan materi keilmuannya dapat dilakukan secara periodik dan mudah. Di  samping itu, penyempurnaan metode penyajian materi pembelajaran dapat pula dilakukan, baik yang didasarkan atas umpan balik dari pesdidik maupun atas hasil penilaian guru/dosen/ instruktur selaku penanggung-jawab atau pembina materi pembelajaran itu sendiri.
D.   Karakteristik E-Learning
E-learning adalah sebuah proses pembelajaran yang berbasis elektronik. Salah satu media yang digunakan adalah jaringan komputer. Dengan dikembangkannya di jaringan komputer memungkinkan untuk dikembangkan dalam bentuk berbasis web, sehingga kemudian dikembangkan ke jaringan komputer yang lebih luas yaitu internet, inilah makanya system e-learning dengan menggunakan internet disebut juga internet enabled learning. Penyajian e-learning berbasis web ini bisa menjadi lebih interaktif. Informasi-informsai perkuliahan juga bisa real-time. Begitu pula dengan komunikasinya, meskipun tidak secara langsung tatap muka, tapi forum diskusi perkuliahan bisa dilakukan secara online dan real time. System e-learning ini tidak memiliki batasan akses, inilah yang memungkinkan perkuliahan bisa dilakukan lebih banyak waktu. Kapanpun mahasiswa bisa mengakses system ini. Aktifitas perkuliahan ditawarkan untuk bisa melayani seperti perkuliahan biasa. Ada penyampaian materi berbentuk teks maupun hasil penyimpanan suara yang bisa di download, selain itu juga ada forum diskusi, bisa juga seorang dosen memberikan nilai, tugas dan pengumuman kepada mahasiswa.
Dari pengertian yang disampaikan oleh Maman Somantri, penulis mengamati sebenarnya pembelajaran menggunakan teknologi internet memiliki karakteristik– karakteristik khusus. Karakteristik-karakteristik tersebut yang menjadikan berbeda dengan media elektronik lainnya. media elektronik lain hanya sebagai alat bantu pembelajaran yang bersifat pasif, misalnya tape recorder hanya dapat merekam suara dosen untuk didengarkan di lain waktu, OHP mambantu dosen tidak repot dengan kotornya spidol saat menulis di papan tulis dan mahasiswa dapat dengan mudah menggandakan slide tanpa susah mencatat. Komputer stand alone juga hanya sebatas penyampaian materi secara lebih interaktif dengan presentasi yang disertai dengan video dan gambar pendukung lainnya.
     Sedangkan internet adalah alat bantu pembelajaran yang bersifat interaktif, karakteristik tersebut meliputi:
1. Informasi real time
2. Interaksi dosen-mahasiswa secara langsung walau tanpa tatap muka
3. Forum diskusi online antar mahasiswa
4. Dapat diakses kapan saja dan dimana saja
5. Penyampaian dan pengumpulan tugas secara online
6. Penyampaian pengumuman administrasi perkuliahan dan jadwal secara online.
E.   Konsep Pembelajaran E-Learning
Penggunaan internet untuk keperluai pendidikan yang semakin luas terutama di negara maju, merupakan fakta yang menunjukan bahwa dengan media ini dimungkinkan terselenggaranya proses pembelajaran yang epektif. Pemanfaatan internet sebagai bagian dari pembelajaran di sekolah itu tidak mudah yang dibayangkan, banyak hal yang harus dipelajari, diperhatikan dan dilakukan sungguh-sungguh dalam menerapkannya. Internet harus mampu memberikan dukungan bagi terselenggaranya proses komunikasi interaktif antara guru dengan siswa sebagaimana syarat pembelajaran. Kondisi yang harus mampu didukung oleh internet terutama berkaitan dengan strategi pembelajaran yang akan dikembangkan, dijabarkan secara sederhana bisa diartikan sebagai kegiatan komunikasi yang dilakukan untuk mengajak siswa mengadakan tugas dan membantu siswa dalam memperoleh pengetahuan yang dibutuhkan dalam rangka mengerjakan tugas tersebut (Boettcher, 1999). Strategi pembelajaran yang meliputi pengajaran diskusi, membaca, penugasan, presentasi dan ilusi, secara umum keterlaksanaannya tergantung dari satu atau lebih dari 3 model dasar dialog komunikasi sebagai berikut (Boettcher,1999).
1.  Dialog/komunikasi antara guru dengan siswa.
2.  Dialog/komunikasi antara siswa dengan sumber belajar.
3.  Dialog/komunikasi di antara siswa.

Apabila ketiga aspek tersebut dapat diselenggarakan dengan komposisi yang serasi, diharapan akan terjadi proses pembelajaran yang optimal.

Dasar untuk memanfaatkan internet sebagai media pembelajaran dalam setting sekolah ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dan penanganan yang serius agar dapat berhasil, yaitu:
a). Faktor lingkungan, meliputi intitusi penyelenggaraan pendidikan dan     masyarakat.
b). Siswa, meliputi usia, latar belakang, budaya, penguasaan bahasa dan gaya belajarnya.
c). Guru, meliputi latar belakang, usia, gaya mengajar, pengalaman dan personalitinya.
d). Faktor teknologi, meliputi computer, perangkat lunak, jaringan, koneksi ke internet   dan berbagai kemampuan tentang internet.
Intitusi
Intitusi pertama yang dituntut adalah sekolah, sekolah harus menyediakan sejumlah dana untuk penyediaan peralatan (computer dan kelengkapannya, yang menyangkut internet), biaya perawatan alat tersebut, juga sumber daya manusia yang dapat mengajar di sekolah tersebut. Intitusi lain adalah memberi kesadaran terhadap guru ataupun siswa tentang teknologi informasi dan komunikasi terutama tentang internet sebagai media pembelajaran. Terlihat hal yang paling mendasar dalam penerapan internet di sekolah adalah motivasi, kesiapan dan kesanggupan intitusi yang diwujudkan dengan suatu kebijakan yang menyeluruh.
Masyarakat
Lingkungan keluarga adalah paling besar pengaruhnya anak menggunakan internet, maka itu keluarga diharapkan memberikan dorongan kepada anak untuk menggunakan internet terutama dalam pembelajaran karena sangat bermanfaat.
Hardijito (2001) dalam penelitiannya terhadap 210 siswa SMU dan SMK DKI Jakarta yang secara rutin mengakses internet, menentukan bahwa siswa yang rajin mengakses internet sebagian besar (55,7%) dating dari keluara yang semua anggotanya (orang tua, kakak, adik) menggunakan internet, dan (5,7%) dari keluarga yang sama sekali tidak mengunakan internet. Selain keluarga, lingkungan paling dekat lainnya yang sangat mempengaruhi siswa menggunakan internet adalah teman sebaya.

Guru
Keberhasilan pembelajaran berbasis internet ini secara signifikan ditentukan oleh karakteristik guru yang akan dilibatkan dalam pemanfaatan internet. Karena itu perlu diperhatikan hal-hal sebahai berikut:
a.       Guru perlu diberikan pemahaman tentang internet keuntungan, kelebihan dan kekurangan dan sebagainya.
b.      Guru harus diberi kesadaran, wawasan, pengetahuan tentang internet.
c.       Guru harus memiliki pengalaman dan pengetahuan yang cukup dalam hal mengajarnya.
d.      Jumlah guru yang dilibatkan dalam pembelajaran harus sesuai dengan kebutuhan dan secara bertahap.
e.       Guru harus mempunyai komitmen dan keseriusan dalam mengajar internet.
f.       Guru tetap mengajar gaya mengajar masing-masing.

Siswa
Dalam hal ini siswa adalah sasaran atau orang yang mendapat bimbingan atau pembelajaran internet, maka itu siswa haru menyadari dan mau untuk belajar internet ini, karena itu pembelajaran ini harus mampu menyerap, mendorong, memfasilitasi, dan membuat siswa mau mempelajarinya. Wedde Smith (1956) menjelaskan bahwa konsumen pada dasarnya berbedsa, sehingga dibutuhkan program-program yang berbeda-beda pula untuk menjangkaunya. Kemudia diperkuat oleh Frederick Winter (1977) yang mengatakan bahwa averageckonsumen untuk kepentingan praktis sudah harus dihapuskan dalam kamus pemasaran (Kasali, 1999).

Teknologi
Dalam pembelajaran internet untuk pembelajaran di sekolah, harus tersedia sejumlah computer yang bis mengakses internet, akan lebih baik komputer-komputer tersebut yang tersambung ke internet diletakan diruang yang sesuai, seperti laboratorium computer atau tempat strategis lainya. Hal tersebut dimaksudkan untuk memberikan kemudahan bagi guru dan siswa dalam mengaksesnya.

Peran Pendidik pada Proses Belajar-Mengajar melalui Pengembangan e-Learning
Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara keseluruhan dengan guru sebagai pemegang peranan utama. Karena Proses belajar-mengajar mengandung serangkaian perbuatan pendidik/guru dan siswa atas dasar hubungan timbal balik yang berlangsung dalam situasi edukatif untuk mencapai tujuan tertentu. Interaksi atau hubungan timbal balik antara guru dan siswa itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar-mengajar. Interaksi dalam peristiwa belajar-mengajar ini memiliki arti yang lebih luas, tidak sekedar hubungan antara guru dengan siswa, tetapi berupa interaksi edukatif.
Dalam hal ini bukan hanya penyampaian pesan berupa materi pelajaran, melainkan menanamkan sikap dan nilai pada diri siswa yang sedang belajar. Peran guru dalam proses belajar-mengajar , guru tidak hanya tampil lagi sebagai pengajar (teacher), seperti fungsinya yang menonjol selama ini, melainkan beralih sebagai pelatih (coach), pembimbing (counselor) dan manager belajar (learning manager). Hal ini sudah sesuai dengan fungsi dari peran guru masa depan. Di mana sebagai pelatih, seorang guru akan berperan mendorong siswanya untuk menguasai alat belajar, memotivasi siswa untuk bekerja keras dan mencapai prestasi setinggi-tingginya, dan membantu siswa untuk bekerja keras dan membantu siswa menghargai nilai belajar dan pengetahuan. e-Learning menjadi salah satu alternatif pembelajaran karena keunggulan yang dimilikinya Sayangnya, meskipun disadari e-learning dapat membantu mempercepat proses pendidikan dan meningkatkan mutu pendidikan, pemanfaatannya belum populer di sekolah-sekolah bahkan di perguruan tinggi di Indonesia. Padahal teknologi informasi dapat dipergunakan untuk memperluas daya jangkau kesempatan pendidikan ke seluruh pelosok Tanah Air.
Upaya ini bisa dilakukan dengan mengembangkan sistem delivery sumber-sumber pendidikan Sistem delivery itu dapat dilakukan dengan menggunakan kemajuan teknologi, termasuk dalam hal ini dengan sistem belajar jarak jauh, Penggunaan e-Learning tidak bisa dilepaskan dengan peran Internet. Internet pada dasarnya adalah kumpulan informasi yang tersedia di komputer yang bisa diakses karena adanya jaringan yang tersedia di komputer tersebut. Oleh karena itu bisa dimengerti kalau e- Learning bisa dilaksanakan karena jasa Internet ini. e-Learning sering disebut pula dengan nama on-line course karena aplikasinya memanfaatkan jasa Internet.
e-Learning menyadari bahwa di Internet dapat ditemukan berbagai informasi dan informasi itu dapat diakses secara lebih mudah, kapan saja dan dimana saja, maka pemanfaatan Internet menjadi suatu kebutuhan. Bukan itu saja pengguna Internet bisa berkomunikasi dengan pihak lain dengan cara yang sangat mudah melalui teknik e-moderating yang tersedia di Internet. Tersedianya fasilitas e-Moderating dimana guru dan siswa dapat berkomunikasi secara mudah melalui fasilitas Internet secara regular atau kapan saja kegiatan berkomunikasi itu dilakukan dengan tanpa dibatasi oleh jarak, tempat dan waktu.
Guru dan siswa dapat menggunakan bahan ajar atau petunjuk belajar yang terstruktur dan terjadwal melalui Internet, sehingga keduanya bisa saling menilai sampai berapa jauh bahan ajar dipelajari; Siswa dapat belajar atau me-review bahan ajar setiap saat dan dimana saja kalau diperlukan mengingat bahan ajar tersimpan di komputer. Bila siswa memerlukan tambahan informasi yang berkaitan dengan bahan yang dipelajarinya, ia dapat melakukan akses di Internet secara lebih mudah. Baik guru maupun siswa dapat melakukan diskusi melalui Internet yang dapat diikuti dengan jumlah peserta yang banyak, sehingga menambah ilmu pengetahuan dan wawasan yang lebih luas. Berubahnya peran siswa dari yang biasanya pasif menjadi aktif. Relatif lebih efisien. Misalnya bagi mereka yang tinggal jauh dari perguruan tinggi atau sekolah konvensional, bagi mereka yang sibuk bekerja, bagi mereka yang bertugas di kapal, di luar negeri, dsb-nya.

Upaya Membangun Budaya Belajar melalui Pengembangan Elearning
Ada empat komponen penting dalam membangun budaya belajar dengan menggunakan model e-learning di sekolah. Pertama, siswa dituntut secara mandiri dalam belajar dengan berbagai pendekatan yang sesuai agar siswa mampu mengarahkan, memotivasi, mengatur dirinya sendiri dalam pembelajaran. Kedua, guru mampu mengembangkan pengetahuan dan ketrampilan, memfasilitasi dalam pembelajaran, memahami belajar dan hal-hal yang dibutuhkan dalam pembelajaran. Ketiga tersedianya infrastruktur yang memadai dan yang ke empat administrator yang kreatif serta penyiapan infrastrukur dalam memfasilitasi pembelajaran. Kunci sukses terealisasinya program e-learning, yakni adanya perencanaan dan leadership yang terarah dengan mempertimbangkan efektifitas dalam pembiayaan, integritas sistem teknologi serta kemampuan guru dalam mengadapsi perubahan model pembelajaran yang baru yang sudah barang tentu didukung kemampuan mencari bahan pembelajaran melalui internet serta mempersiapkan budaya belajar.
Ada empat langkah dalam manajemen pengelolaan program e-learning yakni pertama menentukan strategi yang jelas tentang target audience, pembelajarannya, lokasi audience, ketersediannya infrastruktur, budget dan pengembalian investasi yang tidak hanya berupa uang tunai. Kedua menentukan peralatan misalnya hoste vs installed LMS dan Commercial or OS-LMS, ketiga adalah adanya hubungan dengan perusahan yang mengembangkan penelitian berkaitan dengan program e-learning yang dikembangkan di sekolah. Ke empat menyiapkan bahan-bahan yang akan dibutuhkan bersifat spesifik, usulan yang dapat diimplementasikan serta menyiapkan short response time. Kesemuanya itu, hendaknya perlu dipikirkan masak-masak dalam konteks investasi jangka panjang.    
Membudayakan belajar berbasis TIK (Teknologi Informasi dan Komputer) Berkembangnya teknologi pembelajaran berbasis TIK mulai tahun 1995an, salah satu kendalanya adalah menyiapkan peserta didik dalam budaya belajar berbasis teknologi informasi serta kurang trampilnya dalam menggunakan perangkat komputer sebagai sarana belajar, serta masih terbatasnya ahli dalam teknologi multimedia khususnya terkait dengan model-model pembelajaran. Untuk mempersiapkan budaya belajar berbasis TIK adalah keterlibatan orang tua murid dan kultur masyarakat akan teknologi serta dukungan dari lingkungan merupakan faktor yang tidak bisa diabaikan. Pembentukan kominitas TIK sangat mendukung untuk membudayakan anak didik dengan teknologi. Model ini telah dikembangkan di Jepang tepatnya di Shuyukan High School dengan membentuk club yang dinamai (Information Science Club), yakni sebagai wadah siswa untuk bersinggungan dengan budaya teknologi.
Kompetensi guru dalam pembelajaran Ada tiga kompetensi dasar yang harus dimiliki guru untuk menyelenggarakan model pembelajaran elearning. Pertama kemampuan untuk membuat desain instruksional (instructional design) sesuai dengan kaedah-kaedah paedagogis yang dituangkan dalam rencana pembelelajaran. Kedua, penguasaan TIK dalam pembelajaran yakni pemanfaatan internet sebagai sumber pembelajaran dalam rangka mendapatkan materi ajar yang up to date dan berkualitas dan yang ketiga adalah penguasaan materi pembelajaran (subject metter) sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki.
Langkah-langkah kongkrit yang harus dilalui oleh guru dalam pengembangan bahan pembelajaran adalah mengidentifikasi bahan pelajaran yang akan disajikan setiap pertemuan, menyusun kerangka materi pembelajaran yang sesuai dengan tujuan instruksional dan pencapainnya sesuai dengan indikator-indikator yang telah ditetapkan. Bahan tersebut selanjutnya dibuat tampilan yang menarik mungkin dalam bentuk power point dengan didukung oleh gambar, video dan bahan animasi lainnya agar siswa lebih tertarik dengan materi yang akan dipelajari serta diberikan latihan-latihan sesuai dengan kaedah-kaedah evaluasi pembelajaran sekaligus sebagai bahan evaluasi kemajuan siswa.
 Bahan pengayaan (additional matter) hendaknya diberikan melalui link ke situs-situs sumber belajar yang ada di internet agar siswa mudah mendapatkannya. Setelah bahan tersebut selesai maka secara teknis guru tinggal meng-upload ke situs e-learning yang telah dibuat Beberapa hal yang perlu dicermati dalam menyelenggarakan program elearning / digital classroom adalah guru menggunakan internet dan email untuk berinteraksi dengan siswa untuk mengukur kemajuan belajar siswa, siswa mampu mengatur waktu belajar, dan pengaturan efektifitas pemanfaatan internet dalam ruang multi media.
F.   Kelemahan dan Kelebihan
Pengembangan E-Learning sangat diperlukan untuk menunjang pembelajaran konvensional serta menyiapkan media media untuk menciptakan lingkungan belajar yang fleksibel, mudah untuk diakses darimana saja dan kapan saja. Dengan sistem e-learning, peserta dapat mengikuti kelas serta ikut ujian dari tempat bekerja atau tempat tinggalnya. Selain itu dengan media digital, bahan ajar e-learning dapat lebih diperkaya dengan menyediakan paduan teks, video dan audio, yang dilengkapi dengan simulasi dan animasi.

Kelemahan dari E-Learning
1.      Kurangnya sarana yang dimiliki peserta didik akan menjadi kendala tersendiri dari adanya program pembelajaran e-learning.
2.      Faktor kehadiran guru atau pengajar otomatis menjadi berkurang atau bahkan tidak ada.
3.      Kehadiran guru sebagai makhluk yang hidup yang dapat berinteraksi secara langsung dengan para murid telah menghilang dari ruang-ruang elektronik e-learning ini.
4.      Kelemahan lain yang dimiliki oleh sistem e-learning ini yaitu hilangnya nuansa pendidikan yang terjadi antara pendidik dengan peserta didik, karena yang menjadi unsur utama dalam e-learning adalah pembelajaran.
5.      Masih kurangnya kemampuan menggunakan Internet sebagai sumber pembelajaran.
6.      Biaya yang diperlukan masih relativ mahal untuk tahap-tahap awal.
7.      Belum memadainya perhatian dari berbagai pihak terhadap pembelajaran melalui Internet
8.      Belum memadainya infrastruktur pendukung untuk daerah-daerah tertentu.

Kelebihan dari E-Learning
1.      Mempersingkat jadwal target waktu pembelajaran
2.      Dengan e-learning, peserta ajar (learner atau murid) tidak perlu duduk dengan manis di ruang kelas untuk menyimak setiap ucapan dari seorang guru secara langsung. E-learning juga dapat, dan tentu saja menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh sebuah program studi atau program pendidikan.
3.      E-learning mempermudah interaksi antara peserta didik dengan bahan/materi, peserta didik dengan dosen/guru/instruktur maupun sesama peserta didik.
4.      Peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan-bahan belajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih memantapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran.
5.      Dengan adanya e-learning para guru/dosen/instruktur akan lebih mudah melakukan pemutakhiran bahan-bahan belajar yang menjadi tanggung jawabnya sesuai dengan tuntutan perkembangan keilmuan yang mutakhirmengembangkan diri atau melakukan penelitian guna meningkatkan wawasannya mengontrol kegiatan belajar peserta didik






















BAB III
PENUTUP

A.      Kesimpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam bab sebelumnya, maka penyusun sampai pada kesimpulan sebagai berikut :
1.      Bahwa pemanfaatan teknologi informasi baik sebagai sumber belajar maupun media pembelajaran merupakan salah satu cara yang diharapkan efektif menanggulangi kelemahan persoalan pembelajaran yang masih bersifat konvensional. Denag menggunakan pembelajaran E-Learning, diharapkan terbentuk interaksi belajar siswa yang lebih komunikatif dan tidak hanya menekankan pada proses pemanfaatan namun pencarian, penelitian sehingga terbentuk cara berfikir yang lebih komprehensif.
2.      Adapun dengan adanya pembelajaran E-Learning, dapat mengetahui pengertian, tujuan, fungsi, manfaat, konsep pembelajaran, karakteristik, serta kelemahan dan kelebihannya.
B.       Saran
Dari uraian dan kesimpulan diatas, maka kita sebagai calon pendidik harus dapat menmanfaatkan kontribusi dari teknologi informasi yang ada pada proses pembelajaran. Apalagi penggunaan media semacam ini dapat mengembangkan proses berfikir dengan cara pengolahan, penggalian, serta pencarian. Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari sempurna. Sehingga kami sebagai penyusun menginginkan kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat kami harapkan. Selamat membaca dan semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar